sugeng rawuh.......!!!!!!!

selamat datang di blog alumni SMA Negeri ajibarang lulusan tahun 2009 " www.alumnismana2009.com"
disini nikmati dunia berbagai inspirasi dariku...
semoga dapat puas... XL kale... hee...hee
yang mau bergabung silahkan cari tahu di bacaan blog.. ada caranya.. ok!!! hidup smana!!!


Jumat, 30 April 2010

pengumuman ujian nasional 2010

Jakarta, Sebanyak 5.795 (35,17%) sekolah dari total 16.467 sekolah yang mengikuti Ujian Nasional (UN) SMA/MA Tahun Pelajaran 2009/2010 lulus 100 persen. Jumlah total siswa di sekolah itu sebanyak 418.855 (27,52%).

Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh saat memberikan keterangan pers di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Selasa (27/04/2010) .

Mendiknas menyebutkan, terdapat 267 (1,62%) sekolah yang lulus nol persen terdiri atas 51 (19,10%) sekolah negeri dan 216 (80,90%) sekolah swasta. Seluruh siswa atau sebanyak 7.648 (0,50%) siswa di sekolah itu diberi kesempatan mengikuti Ujian Ulangan pada 10-14 Mei 2010. "Tidak peduli meskipun negeri, tetapi kalau tidak ada yang lulus semua ya tetap tidak lulus. Jadi tidak ada pilih kasih karena (sekolah) negeri maka tidak boleh ada yang tidak lulus semua," katanya.

Mendiknas mengatakan, dari 267 sekolah yang kelulusannya nol persen diantaranya di Provinsi DKI Jakarta ada 10 sekolah, Kalimantan Tengah (20 sekolah), Kalimantan Timur (39 sekolah), Sulawesi Tenggara (26 sekolah), Maluku Utara (20 sekolah), dan Gorontalo (14 sekolah).

Beberapa sekolah negeri yang kelulusannya nol persen diantaranya SMA Negeri 1 Kampung Laut, Kabupaten Cilacap,Jawa Tengah; SMA Negeri 4 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah; dan SMA Negeri 1 Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Mendiknas menyebutkan, total siswa yang mengulang pada satu mata pelajaran sebanyak 40.002 siswa terdiri atas jurusan IPS 24.290 (60,72%) siswa, jurusan IPA 14.031 (35,08%) siswa, jurusan Bahasa 1.476 (3,69%) siswa, dan jurusan Agama 205 (0,51%) siswa.

Adapun mata pelajaran yang paling banyak siswa mengulang untuk jurusan IPA adalah Biologi (31,29%), jurusan IPS adalah Bahasa Indonesia (37,87%), jurusan Bahasa adalah Bahasa Indonesia (62,26%), dan jurusan Agama adalah Bahasa Inggris (31,71%). "Sebagian besar anak-anak jurusan bahasa mengulang (mata pelajaran) bahasa Indonesia," kata Mendiknas.

Pemerintah, kata Mendiknas, berdasarkan analisis terhadap hasil UN ini akan melakukan intervensi kebijakan. Data analisis ini mencakup setiap kabupaten kota yang jumlah ketidaklulusannya paling besar atau nilai rata-rata kelulusannya paling rendah, kemudian pada mata pelajaran apa yang mengulang. Selain itu, analisis ini didukung informasi data sekolah meliputi diantaranya jumlah guru dan fasilitas fisik sekolah. "Kita akan melakukan survei ke lapangan untuk mengetahui peta sebenarnya. Dari situ kita segera bisa menentukan intervensi kebijakan," katanya.***

Sumber: GIM

Minggu, 11 April 2010

Laporan Banjir dan Longsor Cianjur

I. DESKRIPSI KEJADIAN BANJIR DAN LONGSOR
A. Waktu dan Tempat Kejadian
Bencana terjadi pada tanggal 14 Nopember 2008 hari jum’at dini hari. Banjir terjadi di Desa Cihaur, Desa Cibokor, dan Desa Muara Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Sedangkan Longsor terjadi di Kampung Nyalindung, Desa Girimukti Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur
B. Korban
15 orang meninggal dan puluhan lainnya luka-luka, 310 orang terpaksa harus berada ditempat pengungsian, 30 unit rumah tertimbun, 5 rumah hanyut dan 15 unit rusak berat.
II. DESK ANALISIS
A. Banjir
Tempat kejadian adalah masuk dalam sistem hidrologi Sub-Sub DAS Cikondang, Sub DAS Cisokan Hulu , DAS Citarum. Dalam menganalisa tingkat kerawanan banjir dan longsor, kami melakukan pendekatan karakteristik DAS sebagaimana metode mitigasi banjir dan longsor hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Surakarta Departemen Kehutanan (Paimin,et al., 2006). Adapun hasil desk analisis kami sampaikan sebagi berikut:
DAERAH POTENSI PASOKAN AIR BANJIR
Penilai Faktor Alami (60%)
1. Rata-rata hujan harian maksimum bulan basah adalah 120 Skor 4 kategori Agak Tingggi, Bobot 35%, Nilai 140%;
2. Bentuk DAS Agak bulat, Skor 4, kategori Agak Tinggi, Bobot 5%, Nilai 20%;
3. Gradient Sungai 1,1 – 1,5 Skor 2, kategori Agak Rendah, Bobot 10%, Nilai 20%;
4. Kerapatan Drainase Rapat Skor 4, kategori Tinggi, Bobot 5%, Nilai 20%;
5. Lereng rata-rata DAS 26 – 40 Skor 4, kategori Agak tinggi, Bobot 5% Nilai 20%.
Penilaian Faktor Manajemen (40%)
Penilaian dilakukan terhadap jenis penggunaan lahan dominan di daerah pasokan, dimana tempat kejadian umumnya Sawah, Kebun campuran. Skor 3, kategori Agak Tinggi, Nilai 120.
Dari hasil perhitungan formula potensi pasokan air banjir tersebut, dihasilkan nilai sebesar 340, dimana nilai tersebut menunjukan bahwa tingkat kerawana daerah pemasok air banjir di tempat kejadian adalah Agak Rawan.
DAERAH RAWAN BANJIR
Penilai Faktor Alami (55%)
1. Betuk lahan merupakan dataran aluvial, Skor 4 kategori Agak Tingggi, Bobot 30%, Nilai 120%;
2. Lereng lahan kiri-kanan 2 -3%, Skor 4, kategori Agak Tinggi, Bobot 10%, Nilai 40%;
3. Pembendungan oleh percabangan Anak Cabang Sungai Induk, Skor 2, kategori Agak Rendah, Bobot 10%, Nilai 20%;
4. Meandering Sinusitas (P) Panjang/Jarak sungai sesuai belokan : Jarak lurus = 2, Skor 5, kategori tinggi, Bobot 5%, Nilai 25%.
Penilaian Faktor Manajemen (45%)
Penilaian dilakukan terhadap manajemen pengelolaan bangunan air yang dilakukan/yang ada di daerah kejadian, dimana disana tidak ada bangunan sehingga skor 5, kategori tinggi, Nilai 2,25.
Dari hasil perhitungan formula kerawanan daerah kena banjir, dihasilkan nilai sebesar 4,05, dimana nilai tersebut menunjukan bahwa tingkat kerawanan daerah tempat kejadian adalah Rawan.
B. Longsor
Dalam menganalisa bencana longsor kami menggunakan satuan land unit, dimana hasil formulasi tingkat kerawanan longsor di tempat kejadian kami laporkan sebagai berikut:
Penilaian Faktor Alami (60%)
1. Hujan harian kumulatif 3 hari berurutan di tempat kejadian adalah sebesar > 300 mm, Skor 5, kategori Tinggi, Bobot 25%, Nilai 125%;
2. Lereng Lahan > 5 - 45%, Skor 4, kategori Agak Tinggi, Bobot 15%, Nilai 60%;
3. Geologi atau batuan ditempat kejadian umumnya Breksi dan Lava, memiliki Skor 4, kategori Agak Tinggi, Bobot 10, Nilai 40%;
4. Keberadaan sesar/patahan/gawir ada, Skor 5, kategori Tinggi, Bobot 5% Nilai 25%;
5. Kedalaman tanah (regolit) sampai lapisan kedap 3 -5 m, Skor 4, kategori Agak Tinggi, Bobot 5%, Nilai 20%
Panilaian Faktor Manajemen (40%)
1. Penggunaan Lahan Kebun Campuran/ tegalan, Skor 4, kategori Agak Tinggi, Bobot 20%, Nilai 80%;
2. Tidak ada infrastruktur jalan, Skor 1, kategori Rendah, Bobot 15%, Nilai 15%;
3. Kepadatan pemukiman Agak Rendah, sehingga Skor 2, Bobot 5%, Nilai 10%
Dari hasil perhitungan formula kerawanan daerah longsor, dihasilkan nilai sebesar 3,75, dimana nilai tersebut menunjukan bahwa tingkat kerawanan longsor daerah tempat kejadian adalah Rawan.
III. KESIMPULAN
Daerah kejadian merupakan daerah yang rentan terhadap bencana banjir dan longsor, pada saat kejadian, terjadi curah hujan yang diatas normal sehingga jika disimulasikan menggunakan formula yang kami pakai, tingkat kerawanan menjadi meningkat dari perhitungan kondisi biasa.
Simulasi Kerawanan Banjir:
Pada hasil analisa kondisi biasa, curah hujan 120, Skor 4 Nilai 140% menghasilkan nilai kerawanan 4,05 (Agak Rawan), Kondisi pada saat kejadian curah hujan mencapai > 300 mm/hari, Skor 5 Nilai 175% menghasilkan skor kerawanan 4,40 (meningkat menjadi Sangat Rawan). Jadi faktor penyebab utama kejadian masih cenderung kepada faktor curah hujan yang sangat tinggi dari biasanya, didukung informasi dari BMG dimana curah hujan di Jawa Barat akan berada pada kondisi normal sampai atas Normal hingga awal tahun 2009.
Longsor terjadi selain dari curah hujan yang sangat tinggi, juga daerah tersebut merupakan zona gempa tumbukan lempeng vulkanik di daerah Pantai Selatan (Badan Vulkanologi)
Kegiatan kehutanan misalnya dari BPDAS Citarum-Ciliwung juga dari Dinas PKT Kab. Cianjur yang berupa kegiatan Vegetatif melalui GERHAN dan GRLK yang mulai dilaksanakan Tahun 2003, belum berpengaruh terhadap penurunan kerawanan bencana tersebut, karena umur tanaman masih muda dan juga faktor – faktor lain yang lebih bercenderung kepada tingginya kerawanan daerah tersebut.
IV. REKOMENDASI
1. Daerah Pasokan Air Banjir
a. Kawasan Hutan yang rusak direboisasi
b. Lahan-lahan milik dengan kelerengan > 45 % dikelola dengan pola Hutan Rakyat atau Agro forestry.
c. Lahan-lahan pertanian dengan lereng landai sampai agak curam menggunakan teras sering juga saluran air yang baik.
2. Daerah Kena Banjir
a. Pembuatan tanggul kiri kanan sungai di sekitar pemukiman
b. Sistem drainase yang baik di pemukiman maupun di infrastruktur seperti drainase jalan.
c. Hindari Sungai sebagai tempat pembuangan sampah.
3. Daerah Longsor
a. Kawasan Hutan yang rusak direboisasi
b. Lahan-lahan milik dengan kelerengan > 45 % dikelola dengan pola Hutan Rakyat atau Agro forestry.
c. Lahan-lahan pertanian dengan lereng landai sampai agak curam menggunakan terassering juga saluran pembuangan air (SPA) yang baik.
d. Pembuatan bangunan Teknik Sipil pencegah longsor misalkan bronjong pada tebing- tebing infrastruktur misalkan jalan pada lereng.
e. Pengurugan/penutupan rekahan, reshaoing lereng, bronjong kawat, perbaikan drainase baik drainase permukaan seperti saluran pembuangan atau drainase bawah tanah.

Penanganan Bencana di Jabar Tidak Proaktif

Bandung, Kompas - Curah hujan yang tinggi, kondisi geologis, serta perluasan permukiman penduduk merupakan tiga penyebab bencana longsor di Jawa Barat. Provinsi Jabar termasuk daerah yang paling rawan bencana longsor ketimbang provinsi lain di Indonesia.
”Dari semua kejadian selama 10-20 tahun terakhir, frekuensi longsor di Jabar berada di rangking teratas, diikuti Jawa Tengah dan Sumatera Barat,” kata Gatot Mochammad Soedrajat, Kepala Seksi Gerakan Tanah Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Alam Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, di Bandung, Kamis (8/12).
Menurut Gatot, Provinsi Jawa Barat (Jabar), khususnya di bagian selatan, secara geologis terletak di zona gempa, yaitu wilayah di sekitar tumbukan lempeng tektonik di daerah pantai selatan.
Meskipun dimensi gempa tidak terlalu besar, titik pergerakan tanah hampir merata di kawasan Jabar. Provinsi Jabar termasuk dalam zona tumbukan lempeng Indo-Asia dan lempeng Indo-Australia.
Oleh karena itu, di Jabar banyak terdapat deretan gunung api, seperti Gunung Papandayan, Gede, Guntur, dan Gunung Galunggung.
Gatot mengungkapkan, kemungkinan terjadinya longsor sangat besar. Pasalnya, curah hujan di Jabar relatif tinggi. Bahkan, Jabar merupakan provinsi dengan curah hujan tahunan tertinggi di Indonesia.
Curah hujan biasanya mulai meningkat di bulan November sampai Februari. Bahkan, curah hujan di Jabar bisa mencapai 300 milimeter.
Selain alam, kegiatan manusia juga mendorong terjadinya bencana longsor, seperti pembangunan permukiman dengan memotong lereng atau mengubah tata lahan pertanian.
Dengan memotong lereng, ujar Gatot, akan membuat kestabilan tanah menjadi terganggu sehingga tanah pun rentan longsor saat ada sedikit pergerakan tanah.

Bencana Alam l Cuaca Ekstrem Masih Membayangi Sejumlah Wilayah

BMKG memperingatkan bencana alam akan terjadi di wilayah di Cianjur, karena
cuaca ekstrem masih mengintai.

CIANJUR – Sebanyak 80 kepala keluarga (KK) di Kampung Haurkoneng, Desa Sukanagara Kecamatan Sukanagara, Cianjur, Jawa Barat mengungsi setelah permukiman mereka terendam air setinggi 1,5 meter akibat meluapnya sungai Cibala, Sabtu (13/3). Masyarakat diharapkan siaga terhadap kemungkinan adanya bencana alam selama cuaca ekstrem masih mengintai. Banjir terjadi merupakan akumulasi akibat longsor di Kampung Ciawitali, Desa Sukamekar, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur pada Kamis (11/3) malam.

Banjir dialami warga Haurkoneng sejak longsor melanda Kampung Ciawitali yang terpisah jarak 500 meter dari kampung itu. Hingga, Sabtu malam. air bah belum juga surut, sehingga warga memilih untuk bertahan di Masjid Al Barokah yang dinilai aman dari jangkauan air. “Sejak hari Jumat lalu, tepat Ciawitali longsor, kampung kami dilanda banjir setinggi 1,5 meter.

Tidak ada harta benda yang bisa kami bawa selain pakaian yang kami pakai,” kata Solihat, 27 tahun, warga setempat. Evi S, anggota Tim Satuan Siaga Bencana (Satgana) PMI Cianjur membenarkan hal tersebut. Saat ini pihaknya tengah mempersiapkan bantuan untuk puluhan KK di Bojong Koneng.

Ia mengatakan jumlah pengungsi bahkan sampai ratusan orang. “Informasinya ada 80 KK yang mengungsi akibat banjir,” katanya. Sementara itu, sebanyak 10 orang korban longsor di Kampung Ciawitali, Desa Sukamekar, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur ditemukan pada Sabtu (13/3). Tiga orang yang sebelumnya dinyatakan hilang akhirnya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa lagi. “Sudah lengkap sepuluh orang kami temukan,” ungkapnya.

Ketiga korban tersebut ternyata merupakan satu keluarga dengan sepasang suamiistri dan satu anak mereka. Jasad mereka ditemukan tidak jauh dari lokasi rumah mereka yang tertimbun longsoran. Ketiganya, yaitu Wawan, Elah, dan Nuraeni. “Jasad ibu dan anak itu ditemukan dalam jarak tidak berjauhan. Sedangkan satu jasad lagi yaitu jasad bapaknya ditemukan sekitar lima meter dari dua jasad yang pertama ditemukan. Mereka satu keluarga,” kata Kepala SAR Jakarta Roki Asikin yang bertugas di lokasi longsor.

Ia juga mengungkapkan pencarian korban yang tertimbun longsor sudah dihentikan. Pasalnya, kesemua korban yang dinyatakan hilang tadi sudah ditemukan. Saat ini tim evakuasi bencana sudah berhenti melakukan pencarian korban. Tim rehabilitasi pascabencana sajalah yang masih berada di tempat kejadian. Cuaca Ekstrem Bencana longsor dan banjir tidak terlepas dari cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia belakangan ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofi sika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem akan terjadi hingga 15 Maret nanti. Hal itu disebabkan adanya daerah tekanan rendah di Samudra Hindia sebelah barat Bengkulu serta pumpunan atau pertemuan angin yang memanjang di sekitar Maluku Tengah hingga Papua bagian utara. Hal itu menyebabkan adanya peningkatan aktivitas pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia Barat, Maluku serta Papua.

Dalam rilisnya BMKG mengatakan wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang, yaitu pesisir barat dan timur Sumatra bagian tengah dan selatan, Bengkulu, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat bagian barat dan selatan, Kalimantan Tengah bagian selatan, Banten dan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur bagian utara dan barat, Jabodetabek, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Maluku bagian tengah, Papua bagian utara dan tengah. Salah satu wilayah di Jawa yang siaga terhadap cuaca ekstrem tersebut adalah Karanganyar.

Kawasan zona merah longsor di daerah tersebut sampai ditetapkan sebagai daerah siaga satu dan warga yang tinggal di tempat tersebut diminta meningkatkan kewaspadaan. Peringatan itu dikeluarkan Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Badankesbangpolinmas) Kabupaten Karanganyar terkait cuaca ekstrem di wilayah Karanganyar, Jawa Tengah yang diprediksi terus terjadi hingga Senin (15/3).

“Berdasarkan peringatan yang diterima dari BMKG Semarang, setelah Selasa (9/3) lalu, diperkirakan cuaca ekstrem kembali terjadi. Peringatan dari BMKG, terhitung hari ini (kemarin) sampai Senin (15/3) nanti,” ujar Kabid Perlindungan Masyarakat Badan Kesbangpolinmas Karanganyar Aji Pratama Heru Kristiono, Sabtu (13/3). Heru juga memeringatkan agar warga yang tinggal di daerah rawan longsor agar jeli dengan gejala alam seperti pohon di perbukitan yang mulai miring, kerikil dan bebatuan meluncur dari perbukitan, adanya tanah yang retak, dan air sungai berwarna cokelat keruh.

Longsor Cianjur, 10 Tewas


BANDUNG (Pos Kota) – Tim SAR gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, Taruna Siaga Bencana (Tagana), PMI, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial dan relawan dari berbagai organisasi masih mencari, sekaligus evakuasi korban bencana longsor dan banjir dii Cianjur selatan.


Kepala Bidang Penanggulangan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Jawa Barat, Dadang Abdulrakhman yang dihubungi Pos Kota, Jumat (12/3) menyebutkan, Kamis malam, sejumlah kampung di Cianjur selatan dilanda longsor dan banjir. Kampung yang tertimpa longsor adalah Kampung Ciawitali, Desa Sukammekar, Kecamatan Sukanagara, Kampung Genteng, Desa Munjul, Kecamatan Cilaku, Kampung  Leuwinanggung, Desa Sindangkerta, Kecamatan Sukanagara. Sedangkan kampung yang tertimpa banjir adalah Kampung Cibuluh, Desa  Sukamekar, Kecamatan Sukanagara.


Menurut Dadang, dalam musibah tersebut 20 orang warga menjadi korban, 10 diantaranya sudah ditemukan mayatnya. Sisanya masih dalam pencarian. Korban yang sudah ditemukan  adalah Pipit, 25, Adnan, 7, Jujun, 55, Yanti, 12, Risti, 10, Acih, 45 dan neng Lastri, 40. Sedangkan korban yang masih dalam pencarian diantaranya Nuraeni, 3, Wawan, 40, Elah, 35, Nur 2, Elah, 37 dan Fadli.


Bencana alam longsor dan banjir di Cianjur selatan, menurut Dadang, menghanyutkan 1 rumah, menimbun , 3 rumah dan merusak 4 unti lainnya.


Bencana longsor di Cianjur selatan, selain menimbun rumah, juga menimbun badan jalan Cianjur – Sukanagara, sehingga ruas jalan tersebut  terputus. Akibatnya berbagai produksi pertanian dari cianjur selatan, seperti produk pertanian yang akan diangkut ke Cianjur, bandung dan Jakarta masih menumpuk di Sukanagara. (chevy/B).